30 perbandingan artikel
NAMA : rizky subhan raflian
NPM : 202246501124
KLS : r3k
MATA KULIAH : filasaf seni
mencari perbandingan 30 artikel
1 .Tinjauan Filsafat Seni Gilles Deleuze Terhadap Kredoo Jiwa Ketok S. Sudjojono (Aang Apriyanto, 2015)
Objek : Kredo Jiwa Ketok
Teori/Pendekatan : Koonstruktivis dari Filsafat Seni Gilles Deleuze, metode hermeneutik
Analisis : Penelitian ini fokus pada eksplorasi pemikiran seni rupa Indonesia modern, khususnya visi yang dirumuskan oleh Sudjojono yang dikenal sebagai kredo jiwa ketok. Kredo jiwa ketok menjadi pokok perdebatan yang berkelanjutan, mendorong peneliti untuk tidak hanya menyelidiki aspek historisnya, tetapi juga mendekatinya melalui lensa filsafat seni Gilles Deleuze. Sudjojono, seorang pemikir seni dan pelukis Indonesia, dikenal atas karya-karya yang merumuskan visi seni rupa Indonesia modern dengan konsep kredo jiwa ketok. Pemikiran Sudjojono tentang jiwa ketok terus menjadi topik perdebatan yang belum terselesaikan sepenuhnya. Oleh karena itu, penelitian ini tidak hanya menelaah kredo jiwa ketok dalam konteks sejarahnya, tetapi juga mengadopsi pendekatan filsafat seni Gilles Deleuze.
Kesimpulan : Jurnali ini membahas relasi subjek dan objek, terutama dalam konteks postmodernisme dalam bidang sinema dan seni. Melalui Gilles Deleuze, seorang pemikir yang pemikirannya masih diperdebatkan hingga kini, dikenal sebagai tokoh yang berkontribusi dalam bidang filsafat post-strukturalis dan postmodern.
2 .Membaca Eksperimentasi Visual dalam Lukisan I Ketut Gede Singaraja (Dewa Gede Purwita, 2020)
Objek : Lukisan I Ketut Gede Singaraja
Teori/Pendekatan : Eksperimentasi visual
Analisis : Pada pertengahan abad ke-19, terjadi periode eksperimental yang signifikan dalam sejarah seni rupa Bali. I Ketut Gede Singaraja menjadi salah satu pelopor di masa tersebut. Dengan bantuan tokoh seperti Van der Tuuk, diperkenalkanlah medium baru, seperti kertas, pensil, dan cat air kepada para pelukis. Medium baru ini memberikan kebebasan kepada seniman, termasuk I Ketut Gede Singaraja, untuk mengekspresikan diri, dan hasilnya adalah karya seni yang menunjukkan tanda-tanda kuat dari eksperimen visual. Pentingnya memahami eksperimen visual dalam karya I Ketut Gede Singaraja adalah untuk melihat sejauh mana penggunaan medium baru memengaruhi ekspresi seniman dalam menciptakan karya seni.
Kesimpulan : I Ketut Gede berhasil menggabungkan dialek visual seni rupa Bali menjadi sangat khas, yang kemudian disebut sebagai idiolek. Eksperimennya tercermin melalui berbagai tanda yang hadir dalam setiap elemen lukisannya, seperti plastisitas figur, penggunaan warna, komposisi, dan fragmen narasi tunggal, yang menjadi ciri khas dalam karyanya. Jurnal ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh saya adalah objek penelitian yang berbeda dan interpretasi seni dengan pendekatan berbeda dan berfokus pada satu karya lukisan saja.
3 .An Analysis on Abdul Chamim’s Painting Entitled “Lukisan Gundul” Gentong Miring Gallery, Sluke Sub-Distric, Rembang Regency (Siti Nurkholis, 2018)
Objek : Lukisan Gundul
Teori/Pendekatan : Konsep Penciptaan.
Analisis : Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan seni karya Abdul Chamim, yakni Lukisan Gundul, serta menganalisis konsep, tema, proses penciptaan, dan makna karya ini di galeri Gentong Miring. konsep di balik Lukisan Gundul adalah representasi diri terhadap fenomena sosial sekitarnya, dengan tema Sosial dan Religi. Sosial berhubungan dengan aspek kemanusiaan, sementara Religi berkaitan dengan pencarian kebenaran menuju Tuhan. Proses pembuatan lukisan melalui serangkaian tahapan, mulai dari inspirasi hingga tahap visualisasi atau melukis. Lukisan ini mengajak untuk menjadi manusia yang berfokus pada kekemanusiaan serta menapaki jalan kebenaran menuju Tuhan. Mayoritas karyanya merupakan kritik terhadap berbagai fenomena sosial, religi, politik, dan ekonomi.
Kesimpulan : Lukisan ini mengajak untuk menjadi manusia yang berfokus pada kekemanusiaan serta menapaki jalan kebenaran menuju Tuhan. Mayoritas karyanya merupakan kritik terhadap berbagai fenomena sosial, religi, politik, dan ekonomi.
4 .Analisis Artefak Cinta Dalam Karya Lukis Abstrak Ekspresionis Acep Zamzam Noor
Objek: Lukisan berseri "Artefak Cinta" karya Acep Zamzam Noor.
Teori/Pendekatan: Acep Zamzam Noor menggunakan pendekatan abstrak ekspresionis dalam penciptaan karyanya, yang dipicu oleh ide-ide puisi yang ia tulis sendiri. Penelitian ini mengaplikasikan konsep ide gagasan, dengan fokus pada tahapan prapenciptaan, proses penciptaan, dan proses pascapenciptaan.
Analisis : Tasikmalaya menjadi tempat berkembangnya banyak seniman lukis yang mampu bersaing baik dengan seniman lokal maupun internasional. Acep Zamzam Noor, sebagai seniman lukis internasional asal Tasikmalaya, telah sukses memamerkan karyanya di berbagai negara. Uniknya, Acep Zamzam Noor menciptakan lukisannya dengan mengambil inspirasi dari puisi yang ditulisnya sendiri, sebuah pendekatan yang jarang ditemui di kalangan seniman lain. Lukisan berseri "Artefak Cinta" menjadi salah satu karyanya yang terinspirasi dari puisi pribadinya. Melalui hasil temuan dan pembahasan, kesimpulan ditarik mengenai konsep ide dalam penciptaan lukisan "Artefak Cinta" oleh Acep Zamzam Noor serta visualisasi dari ide tersebut dalam bentuk lukisan abstrak ekspresionis. Diperoleh pemahaman bahwa konsep ide tersebut bersumber dari alam prakesadaran dan keberanian bermain dengan ide kreatif. Acep Zamzam Noor ingin menyampaikan gagasan tentang perjalanan hidupnya dari masa lalu hingga kini. Proses kreatifnya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu prapenciptaan yang mencakup persiapan konsep ide dan bahan melukis, proses penciptaan yang membahas teknik dan cara Acep Zamzam Noor melukis, dan terakhir proses pascapenciptaan yang menyoroti cara presentasi karyanya. Keseluruhan, konsep dan pendekatan yang diusung Acep Zamzam Noor menandai keunikan dalam penciptaan seni lukisnya dan menjadi fokus utama dalam eksplorasi kreatifnya.
Kesimpulan : yang membedakan artikel ini dengan jurnal yang akan saya buat mengenai lukisan "Forest Fire" milik Raden Saleh adalah artikel ini mengungkapkan bahwa Acep Zamzam Noor menciptakan lukisan "Artefak Cinta" berdasarkan puisi yang ia tulis sendiri, sebuah pendekatan yang tidak umum dijumpai pada seniman lain. Dalam konteks perbandingan dengan jurnal yang akan saya buat mengenai lukisan "Forest Fire" milik Raden Saleh, perbedaan mungkin terletak pada inspirasi dan konsep yang mendasari karya seni tersebut. Sementara "Artefak Cinta" membangun dari puisi pribadi senimannya, "Forest Fire" Raden Saleh mungkin memiliki latar belakang dan pesan yang unik, memungkinkan perbandingan yang menarik antara dua pendekatan seni yang berbeda.
5. Seni Lukis Kontemporer Karya Andie Aradhea dalam Pendekatan Kritik Seni (Anandhita Alvina Damayanti & Martien Roos Nagara, 2022)
Objek : Semua Lukisan Kontemporer Andie Aradhea
Teori/Pendekatan : Teori/Pendekatan Pendekatan kritik seni Dharsono Sony Kartika, teori estetika Monroe Beardsley
Analisis : Karya-karyanya sering menggambarkan kekuatan seorang ibu dalam merawat, menyayangi, dan mencintai anak-anaknya dengan tulus. Ia digambarkan tanpa keluhan, memiliki ketangguhan yang luar biasa, dan cinta kasihnya kepada anak-anaknya dilukiskan tanpa batas. Lukisan-lukisan Andie Aradhea mengilustrasikan tekad, niat, kerja keras, dan dedikasi seorang ibu yang tak terbatas kepada anak-anaknya, seolah menggambarkan cinta yang tak terhingga dan abadi, layaknya lingkaran yang tak memiliki ujung. Ia dianggap sebagai sosok keramat bagi anak-anaknya dalam kehidupan dunia.
kesimpulan : Dalam penciptaan karya seni lukis dalam aliran impresionisme dan surealisme, terdapat tiga prinsip utama: Keprihatinan, Harapan, dan Cinta. Jadi, konsep ini melibatkan perasaan keprihatinan, aspirasi untuk kebaikan bersama, dan rasa cinta yang mendalam dalam penciptaan karya seni lukis aliran impresionisme dan surealisme. Sedangkan jurnal yang akan saya buat menggunakan teori yang menganalisis tentang kehidupan lingkungan alam dan maknanya untuk menyayangi lingkungan.
6 .Karya Lukisan Benny Subiantoro (Sepbianti Rangga Patriani, 2012)
Objek : Perupa Benny Subiantoro
Teori/Pendekatan : Konsep Sartono Kartodirdjo
Analisis : Karya seni seringkali menjadi cerminan dari perjalanan dan refleksi hidup, pengalaman, serta pengamatan seniman terhadap dunia sekitarnya. Dalam proses penciptaan karya seni, seorang seniman mengekspresikan dirinya melalui kepekaan artistik dan inteleksi, mencerminkan suasana hati serta kehidupannya. Pengalaman seni lukis Benny Subiantoro menunjukkan bahwa seorang seniman tidak harus terpaku pada satu jenis bahan saja. Sebaliknya, kreativitas seorang seniman dapat diekspresikan melalui berbagai jenis bahan yang digunakan dalam menciptakan karyanya.
Kesimpulan : Berfokus untuk membahasa komponen yang digunakan dalam lukisan, sedangkan saya akan menggunakan makna interpretasi seninya.
7 .Anlisis Estetik Lukisan Joni Ramlan Berobjek Sepeda (Akhmad Abudinata, Djuli Djatiprambudi, Winarno, 2016)
Objek : Lukisan Joni Ramlan Berobjek Sepeda
Teori/Pendahuluan : Pendekatan Estetika
Analisis : Lukisan Joni Ramlan dengan sepeda sebagai obyeknya menampilkan sebuah narasi mendalam. Dalam lukisan ini, Joni menciptakan gambaran sepeda yang memikat secara visual dan penuh dengan konsep estetis yang unik. Sepeda dijadikan simbol oleh Joni untuk menggambarkan kekerasan dan beban dalam kehidupan pengendara sepeda itu sendiri. Karya-karya Joni Ramlan menonjolkan kesederhanaan tema dan teknik dengan gaya ekspresi simbolik yang kuat. Lukisannya cenderung mengeksplorasi bentuk-bentuk artistik dengan dominasi tekstur dan warna monokrom. Melalui objek sepeda sebagai simbol, Joni menghadirkan kisah perjuangan kehidupan manusia dari kalangan bawah yang menggunakan sepeda sebagai sarana utama dalam kehidupan sehari-hari. Lukisannya mengungkapkan narasi yang mendalam tentang kehidupan manusia dengan kehalusan simbolisasi.
Kesimpulan : Menggambarkan proses penelitian mendalam untuk memahami masalah kemanusiaan dan sosial dengan holistik, rinci, dan deskriptif interpretatif dengan fokus pada aspek estetika, mengangkat Joni Ramlan sebagai seniman dan lukisannya dengan objek sepeda sebagai subjek penelitian. Sedangkan saya menggunakan konsep untuk memahami lukisan bertemakan lingkungan untuk memaparkan bagaimana manusia seharusnya dapat menjaga lingkungan dan aktivitas manusia akan memberikan dampak kepada alam.
8 .Kajian Seni Lukis Karya Djoko Pekik Dengan Tema Peristiwa September 1965
Objek: Kajian karya seni lukis Djoko Pekik dengan tema Peristiwa September 1965.
Teori/Pendekatan: Metode penelitian kualitatif dengan analisis interaktif dan interpretasi, menggunakan teori semiotika Charles S. Pierce untuk membedah interpretasi tanda dalam lukisan.
Analisis : Artikel Hapsari Fadlila membahas karya seni lukis Djoko Pekik berjudul "Peristiwa September 1965". Dalam penelitian ini, Djoko Pekik berusaha mengungkapkan pengalaman pribadinya selama peristiwa tersebut melalui tiga karyanya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan analisis interaktif dan interpretasi, menggunakan teori semiotika Charles S. Pierce. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karya-karya Djoko Pekik, seperti "Awal Bencana Di Lintang Kemukus 1965" dan "Kali Berantas Bengawan Solo Luweng," menggunakan ikon, indeks, dan simbol sebagai visualisasi peristiwa yang dialaminya pada tahun 1965, mulai dari kemunculan lintang kemukus hingga masa Orde Baru. Dalam konteks perbandingan dengan jurnal mengenai lukisan "forest fire" Raden Saleh, penelitian ini menonjolkan interpretasi simbolik dan latar belakang sejarah dalam karya seni lukis Djoko Pekik.
Kesimpulan : yang membedakan dengan jurnal "forest fire" Raden Saleh jurnal ini meneliti latar belakang penciptaan dan estetika karya seni lukis Djoko Pekik dengan tema Peristiwa September 1965. Metodenya mencakup analisis interaktif dan interpretasi dengan menggunakan teori semiotika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Djoko Pekik berusaha mengungkapkan pengalaman pribadinya saat peristiwa September 1965 melalui tiga karyanya. Lukisan tersebut mengandung ikon, indeks, dan simbol yang menjadi visualisasi pengalaman Pekik pada tahun 1965, mulai dari kemunculan lintang Kemukus hingga masa Orde Baru. Kesimpulan ini membedakan penelitian ini dari jurnal mengenai lukisan "forest fire" Raden Saleh dengan fokus pada konteks sejarah dan interpretasi simbolik dalam karya seni.
9 .Estetika Seni lukis karya koeboe Sarawan
Objek: Seni lukis karya Koeboe Sarawan.
Teori/Pendekatan: Pendekatan kreativitas, dengan metode deskriptif analisis dan analisis interpretatif.
Analisis : Tulisan ini, bagian dari karya tesis Yulianto berjudul “Seni Lukis karya Koeboe Sarawan, Kritik Seni Holistik,” menjelaskan keberadaan seni lukis Koeboe Sarawan dalam konteks seni rupa modern Indonesia. Karya seni tersebut dipahami sebagai manifestasi seni yang unik dengan karakteristik tersendiri. Fokus pada eksistensi dan konsistensi Koeboe Sarawan dalam menciptakan karya-karya seni diarahkan pada pemahaman proses kreatif. Rumusan masalah penelitian mencakup pertanyaan mengenai proses penciptaan seni lukis Koeboe Sarawan dan bentuk estetis karyanya. Metode penelitian yang diterapkan adalah kualitatif dengan pendekatan kreativitas, menggunakan deskriptif analisis dan analisis interpretatif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa karya seni lukis Koeboe Sarawan merupakan bentuk aktualisasi dirinya sebagai seniman, mencerminkan pemahaman mendalam tentang perjalanan dan arti kehidupan sejati. Lebih lanjut, karya-karya tersebut menghadirkan nilai-nilai estetika yang memperkaya pemahaman terhadap seni lukis Koeboe Sarawan.
Kesimpulan : yang membedakan artikel ini dengan jurnal yang akan saya buat mengenai lukisan "Forest Fire" milik Raden Saleh dengan artikel ini membahas eksistensi seni lukis Koeboe Sarawan dan menitikberatkan pada proses penciptaan serta bentuk estetis karya-karya seni lukisnya. Sebagai perbandingan dengan jurnal yang akan saya buat tentang lukisan "Forest Fire" milik Raden Saleh, perbedaan mungkin terletak pada seniman yang dibahas, konteks sejarah dan budaya yang berbeda, serta fokus analisis yang berbeda. Sementara "Forest Fire" oleh Raden Saleh dapat menyoroti elemen-elemen sejarah atau sosial, karya seni Koeboe Sarawan mungkin mengeksplorasi aspek-aspek kreativitas dan eksistensial seniman dalam proses penciptaan. Dengan demikian, perbandingan antara kedua tulisan dapat menghasilkan wawasan yang menarik tentang variasi pendekatan dan makna dalam seni lukis Indonesia.
10 .Kupu-Kupu di Atas Bunga – Angin Menari Melalui Padang: Menyimak Filsafat Seni Martin Heidegger (Yasintus, T. Runesi, 2019)
Objek : Lukisan Kupu-Kupu di Atas Bunga - Angin Menari Melalui Padang.
Teori/Pendekatan : Konsep Seni Heidegger.
Analisis : Dalam pemikiran Martin Heidegger, terutama dari tahun 1930-an ke depan, ia meyakini bahwa Sein (keberadaan) mengungkapkan dirinya ketika manusia, yang ia sebut sebagai Dasein, terbangun dari kebutaan dari akal sehat umum dan berjuang untuk mencapai otentisitasnya sendiri. Dalam tulisan ini, penulis menguji pemikiran Heidegger mengenai penghancuran karya seni sebagai tempat pertikaian antara seni dan politik dalam teksnya, "Der Ursprung des Kunstwerkes" (Asal-Usul Karya Seni). Posisi Heidegger sangat kompleks, di satu sisi, ia mengakui bahwa Sein adalah fenomena di luar cakrawala pemahaman kita, Sein tidak berkaitan dengan sesuatu yang spesifik; di sisi lain, ia menekankan bahwa kehadiran Sein melalui seni terukir dalam identitas tertentu, khususnya volks (rakyat) Jerman. Jurnal ini berargumen bahwa identifikasi Sein dengan identitas tertentu seperti volks Jerman, memberikan kebenaran bahwa politik itu sendiri terbentuk dan diinstitusikan dalam dan sebagai karya seni.
Kesimpulan : Secara singkat, tulisan tersebut tampaknya menyoroti dualitas dalam pandangan Heidegger tentang Sein, di mana ia mengakui ketidakspesifikan Sein namun juga menyisipkan identitas tertentu ke dalamnya, serta bagaimana hal ini berhubungan dengan politik dalam konteks karya seni. Sedangkan saya akan menggunakan aliran romantisme yang melihat spesifik pada lingkungan atau alam.
11 .Kajian Karya-karya Pelukis Akademi di Bandung dan YOGYAKARTA Tahun 1950-1965 Studi Kasus: Popo Iskandar, Srihadi Soedarsono, Mochtar Apin, Fadjar Sidik, Abas Alibasyah, dan Widayat
Objek :
- Karya Popo Iskandar : Alam Benda, Tanaman, Pemantulan air, Jambangan dan Bunga
- Karya Srihadi Soedarsono : Gadis Bernama Ira, Perempuan-perempuan Bali, Tarian 11, Orang Lapar
- Karya Mochtar Apin : Musim Dingin di Paris, Wanita Duduk di Kursi, Untitled, Dua Figur,
- Karya Fadjar Sidik : Dua Gadis Bali, Religi dan emanusiaan
- Karya Widayat : Pelabuhan Banyuwangi, Gunung Merapi dilihat dari Wonocolo, Harimau Biru, Leda dan Angsa
- Karya Alibasyah : Pemandangan Kota, Menyapa Waktu
Pendekatan/teori : Penelitian ini menggunakan 3 pendekatan berbeda, pendekatan pertama adalah pendekatan sejarah seni rupa yang merujuk pada karakteristik utamanya, yaitu analisis gaya dan pengamatan sejarah sosial yang melatar belakangi karya seni yang dikaji secara diakronik.
Metode analisis : Penulis menggunakan metode analisis kritik seni yang merujuk pada performa kritik Edmund B. Feldman, di mana Feldman membaginya kembali menjadi 4 tahap, yaitu Deskripsi, Analisis Formal, Interpretasi, Evaluasi. Analisis ini mengacu pada teori-teori estetik yang dipaparkan oleh Noel Carrol, yaitu seni sebagai proses imitasi, seni sebagai ekspresi, dan seni sebagai bentuk-bentuk formal.
Kesimpulan : Objek yang dibahas pada artikel sama dengan objek yang saya pilih, yaitu seni lukis. Dalam penulisan artikel ini penulis menggunakan pendekatan, bukan berupa teori sedangkan saya memilih teori yaitu teori mimesis. Untuk metode analisis juga terdapat perbedaan, pada artikel ini menggunakan metode analisis kritik seni, dengan mengkritik 6 orang seniman dangan beberapa karyanya. Sedangkan saya metode analisis deskriptif dengan membahas satu karya seni dari satu seniman.
12 .Estetika Seni Lukis Kaligrafi Karya Syaiful Adnan
Objek : Seni lukis kaligrafi
Pendekatan/teori : Nilai simbol pada unsur-unsur seni rupa dalam seni lukis kaligrafi karya Syaiful Adnan dikaji dalam penelitian ini menggunakan interpretasi analisis dengan pendekatan teori simbol.
Metode analisis : Analisis yang digunakan yaitu analisis interpretasi, diartikan sebagai proses menguraikan sumber ke dalam data dan informasi untuk mendapatkan makna, hubungan sebab akibat, dan keterkaitan dari fakta suatu peristiwa pada lingkup ruang dan waktu.
Kesimpulan : Objek yang digunakan yaitu seni lukis kaligrafi, begitu juga objek yang saya ambil juga merupakan seni lukis, namun merupakan seni lukis di atas kanvas. Teori yang digunakan yaitu teori simbol berbeda dengan teori mimesis yang saya ambil. Simbol memang termasuk realitas namun dalam bentuk sebuah tanda.
13. Pengembangan Minat dan Bakat Santri melalui Kaligrafi dalam Mewujudkan Kreativitas Seni Lukis di Syarif Hidayatullah Cyber Pesantren
Objek : Seni lukis kaligrafi
Pendekatan/teori : Participatory Action Reserch (PAR) adalah riset yang dilaksanakan secara partisipatif di antara warga masyarakat dalam suatu komunitas aras bawah. tersebut. Di dalam PAR, peneliti tidak pernah memisahkan diri dari situasi masyarakat yang diteliti, melainkan ikut berbaur ke dalamnya dan ikut bekerja sama dengan warga dalam melaksanakan PAR.
Metode analisis : Rancangan dalam metode penelitian ini menggunakan dengan pendekatan kualitatif karena bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara mendalam tentang pengembangan minat dan bakat santri melalui kaligrafi dalam mewujudkan kreativitas seni lukis.
Kesimpulan : Objek yang ada pada artikel dengan objek yang saya pilih sama, yaitu sama-sama seni lukis. Namun, pendekatan yang dilakukan pada penulisan artikel ini berbeda dengan teori mimesis yang saya pilih pada penulisan saya. Pada artikel ini menggunakan pendekatan Participatory Action Reserch, yaitu dengan terjun langsung berbaur dengan hal yang menjadi penelitian. Untuk metode penelitian pada artikel ini adalah metode kualitatif.
14.Objek : Lukisan "Ibu dan Anak" karya Basoeki Abdullah
Teori/pendekatan : Teori Significant form
Analisis : Menganalisis emosi estetis pada lukisan ''Ibu dan Anak'' karya Basoeki Abdullah menciptakan sebuah objek formal yang tertuang pada karya seni lukis realistic sehingga bentuk bermakna pada lukisan menimbulkan emosi estetik bagi permirsa yang melihat lukisan tersebut dan menjadikannya lukisan dengan sebuah pengalaman yang subjektif.
Kesimpulan : Simpulan pada artikel tersebut lukisan berjudul "Ibu dan Anak" yang dibuat tahun 1992, Basoeki Abdullah sang pencipta lukisan tersebut melukis dengan beberapa unsur seni rupa yang terdapat pada lukisan “Ibu dan Anak” sehingga memiliki bentuk makna yang mengdeksprisikan perasaan, seperti unsur garis, tekstur, dan unsur cahaya pada unsur – unsur tersebutlah yang dapat menimbulkan emosi estetik dengan melalui pendekatan teori significant form.
Perbandingan antara artikel tersebut dengan artikel yang nantinya saya buat yaitu saya akan menganalisis sebuah film berjudul Kembang Api yang disutradarai oleh Herwin Novianto dengan teori semiotika oleh Roland Barthes. Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif. Artikel yang akan saya buat dengan artikel diatas memiliki kemiripan yaitu mencari tahu makna yang disampaikan pada sebuah karya hanya saja yang akan saya buat nanti berupa karya film.
15. Ekspresi Visual Human Emotion Dalam Karya Seni Luki
Objek : Karya Seni Lukis
Pendekatan/teori : Dengan menggunakan teori Feldman dalam analisis karya seni lukis, apresiator dapat memahami bagaimana perupa menggunakan elemen-elemen visual untuk menggambarkan emosi, bagaimana karya seni tersebut mempengaruhi pengamat, dan bagaimana pengamat memahami dan merespons emosi yang digambarkan dalam karya seni tersebut.
Metode analisis : Metode yang dipergunakan dalam penciptaan ekspresi visual human emotion adalah metode deskriptif kualitatif.
Kesimpulan : Pada artikel membahas objek berupa karya seni lukis sama dengan objek yang saya ambil. Penyusunan artikel ini menggunakan teori Feldman sedangkan saya akan menggunakan teori mimesis dalam penulisan. Metode deskriptif kualitatif pada artikel sama dengan yang saya ambil.
16. Kemolekan yang Ambivalen: Membaca Lukisan Mooi Indie dengan Perspektif Pascakolanialisme
Objek : Lukisan Mooi Indie
Pendekatan/teori : Artikel ini kemudian menganalisis periode tertentu dengan menggunakan perspektif teoritis Pascakolonialisme untuk menjawab beberapa pertanyaan, yaitu: (1) Uraian macam apa yang dapat disusun tentang seni lukis mooi indie? (2) Gejala sosial-budaya apa yang dapat dijadikan landasan argumentasi? dan (3) Bagaimana seni lukis mooi indie tersebut menggerakan dialog seni rupa di Indonesia?
Metode analisis : Penelitian ini tergolong jenis penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan dekonstruksi. Tujuan dari penggunaan pendekatan dekonstruksi dalam penelitian ini adalah membongkar ketidakstabilan makna di balik sebuah teks.
Kesimpulan : Objek yang dibahas pada artikel ini adalah lukisan sama seperti yang saya pilih, namun teori yang digunakan berbeda. Pada artikel ini teori yang digunakan adalah perspektif teoritis Pascakolonialisme, sedangkan yang saya pilih yaitu teori mimesis. Untuk metode analisis sama-sama menggunakan analisis kualitatif.
17. Komposisi Visual dan Tata Cahaya Pada Film Netflix Berjudul Squid Game
Objek: Film Squid Game
Teori/pendekatan: Teori komposisi oleh Paul Wheeler.
Analisis
Series Netflix berjudul “Squid Game” karya Hwang Dong Hyuk merupakan series populer ber-genre drama asal Korea Selatan yang mendunia sehingga banyak menyita perhatian masyarakat. Pengambilan gambar visual maupun audio yang sangat baik, dan ide jalan cerita yang cukup menarik, tentunya dengan rating pada Netflix yang cukup diminati masyarakat.
Perbandingan artikel
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut proses kreatif dalam ide pengambilan komposisi gambar yang diambil pada film tersebut secara kajian komposisi visual sinematografi menurut teori komposisi oleh Paul Wheeler. Penulis mencoba mengkaji beberapa scene terbaik sebagai sampling kajian, bagaimana sebuah komposisi dapat memberikan peran penting dalam mengkomunikasikan bahasa dan pesan dalam sebuah jalan cerita film.
18. Penilaian Siswa terhadap Pembelajaran Mengevaluasi Karya Seni Rupa Menggunakan Teknik Scaffolding melalui media LKPD
Objek : Siswa terhadap karya seni rupa
Pendekatan/teori : Teknik scaffolding yang dimaksudkan dalam artikel ini adalah suatu kegiatan pembelajaran mengevaluasi karya seni rupa yang menerapkan pembelajaran model induktif terhadap siswa. Teknik ini merupakan bagian dari filsafat konstruktivisme. Prinsip teknik scaffolding adalah memfasilitasi para siswa agar mampu mengevaluasi karya seni rupa melalui lembar tertulis yakni LKPD.
Metode analisis : Penelitian ini dominan berjenis penelitian kuantitatif. Alasannya bahwa pengolahan data menggunakan penghitungan statistik.
Kesimpulan : Objek yang diambil yaitu bukan dari karya seninya melainkan dari si penikmat seninya yang merupakan pelajar dengan tujuan penilaian siswa terhadap pembelajaran mengevaluasi karya seni rupa dua dimensi, dan sama-tidaknya penilaian siswa terhadap pembelajaran mengevaluasi karya seni rupa dua dimensi. Namun topik yang dibahas sama-sama seni rupa walau teori dan metode analisis berbeda.
19. Pasca Imajener dalam Ruang Lingkup Penciptaan Seni
Objek : Seni rupa dua dimensi
Pendekatan/teori : Penciptaan sebuah karya seni diperlukan sebuah proses, secara garis besar proses penciptaan karya seni terdiri dari beberapa tahapan yaitu : Tahap Penjelajahan (eksplorasi), tahap improvisasi, dan tahap pembentukan (forming) sebagaimana yang diuraikan oleh Hawkins. Beserta teori Mimesis oleh Plato dan teori Simulacra oleh Baudrillard.
Metode analisis : Kekaryaan berfokus pada proses imajinasi dengan mencari makna-makna baru yang dapat dipakai sebagai proses penyadaran terhadap nilai budaya saat ini. Sumber data diperoleh melalui pendekatan kualitatif menggunakan metode deskriptis analisis.
Kesimpulan : Pada artikel ini apabila dibandingkan dengan rencana penulisan saya memiliki objek, teori, dan metode analisis yang sama. Namun, pada teori artikel ini menggunakan lebih dari satu teori selain mimesis yaitu teori Hawkins, dan teori Simulacra oleh Baudrillard.
20. Reposisi Seni Rupa Bali : Respon Alternatif Industri Kreatif
Objek : Seni Rupa bali
Pendekatan/teori : Tujuan penulisan artikel ini adalah memperbincangkan secara interpretatif dengan kacamata kajian budaya (cultural studies) fenomena seni rupa Bali. Kajian budaya mempunyai perhatian dan keterkaitan dengan persoalan kekuasaan dan politik, secara khusus adanya kebutuhan akan perubahan sosial dan budaya.
Metode analisis : Artikel ini ditulis dengan metode deskriptif kualitatif. Ada dua data yang diolah dalam artikel ini: data primer dan data sekunder. Data primer yaitu bentuk seni rupa masa kini di Bali yang diperoleh melalui pameran, pertunjukan, dan bentuk publikasi lainnya. Data sekunder adalah pandangan tentang seni rupa masa kini di Bali termasuk konsep dan isu seni atau budaya pada umumnya dari pengamat seni, teoritisi seni yang diperoleh dari media massa, buku teks, dan sumber tertulis lainya.
Kesimpulan : Objek pada artikel sama dengan yang saya ambil yaitu sama2 seni rupa. Pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan artikel ini adalah pendekatan budaya berbeda dengan yang saya pilih yaitu berupa teori, yaitu teori mimesis. Untuk metode analisis sama-sama menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
21. Pendayagunaan Metafora Berdasarkan Panca Indera sebagai Eksplorasi Gagasan Dwimatra dalam Arsitektur
Objek : Arsitektur
Pendekatan/teori : Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi beragam gagasan metafora teraga dengan memanfaatkan kelima indera manusia serta bagaimana proses menuangkannya menjadi suatu karya dwimatra.
Metode analisis : Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif karena dianggap sesuai dengan kebutuhan hasil studi. Penelitian ini menggunakan multi taktik tapi berfokus pada suatu konteks, serta menggunakan pendekatan alamiah dari subjek yang diteliti. Kondisi mahasiswa dalam studio perancangan yang distudi diamati secara apa adanya, tanpa pengkondisian tertentu yang akan dapat melemahkan.
Kesimpulan : Objek yang dibahas pada artikel yaitu arsitektur, berbeda dengan yang saya ambil yaitu seni lukis. Pendekatan pada artikel ini yaitu menggunakan pendekatan panca indra. Sedangkan saya memilih teori mimesis, dengan analisis kualitatif sama dengan pada artikel bedanya saya menggunakan teknik deskriptif.
22. Analisis karya seni Aristoteles dengan teori Victor Lowenfeld dan W. Lambert Brittain
Objek : Karya seni Lukis Aristoteles
Teori : Teori Victor Lowenfeld dan W. Lambert Brittain (Perkembangan Seni Rupa Anak Viktor)
Aristoteles: Lukisan dan Teori Perkembangan Seni Rupa Anak Viktor
Karya seni lukis merupakan ekspresi kreatif yang terus berkembang seiring dengan perjalanan waktu. Salah satu tokoh terkenal dalam sejarah filsafat, Aristoteles, juga memiliki pengaruh dalam pandangan seni lukisnya yang tidak dapat diabaikan. Dalam menghubungkan karya seni lukis Aristoteles dengan teori perkembangan seni rupa anak oleh Victor Lowenfeld dan W. Lambert Brittain, kita dapat menyingkap hubungan antara pemikiran filosofis dan pengembangan seni rupa pada masa kanak-kanak.
23. Menangkap Realitas Rakyat dan Kritik terhadap Kolonialisme dalam Lukisan: Sejarah Persagi, 1938-1942
Link artikel : https://mahesainstitute.web.id/ojs2/index.php/warisan/article/view/1836/1118
Objek : Lukisan Sejarah Persagi
Pedekatan/teori : Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, observasi berpartisipasi, dokumentasi, dan wawancara. Analisis data dalam penelitian menekankan pada interpretasi analisis.
Metode analisis : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Metode sejarah adalah cara untuk merekonstruksi masa lampau melalui empat tahapan yaitu heuristik, verifikasi atau kritik sumber, Interpretasi, dan historiografi.
Kesimpulan : Objek yang diambil yaitu lukisan, sama dengan objek yang saya akan bahas pada penulisan. Walaupun pendekatan/teori dan metode analisis pada artikel ini berbeda dengan yang saya ambil. Artikel ini menggunakan observasi dan metode sejarah, sedangkan saya teori mimesis dengan analisis deskriptif.
24. Dinding dan Wajah Patani Ikonisitas Petani dalam Geneng Street Art Project
Link artikel : https://journal.uii.ac.id/jurnal-komunikasi/article/view/9813/7871
Objek : Street Art
Pendekatan/teori : Metode Penelitian riset ini menggunaan pendekatan semiotika Peircean, terutama konsepnya tentang ikonisitas. Ikonisitas Peircean akan digunakan untuk membaca tanda-tanda yang direpresentasikan seniman. Pierce membedakan tanda dalam tiga trikotomi: trikotomi pertama (qualisign, sinsign, legisign); trikotomi kedua (ikon, indeks, simbol)
Metode analisis : Metode analisis yang digunakan yaitu analisis kritik seni dan deskriptif, karna berisi tanggapan dan kritik tentang karya street art, serta di deskripsikan juga tentang karya-karya lukisnya.
Kesimpulan : Walaupun objek yang diambil berbeda namun, metode analisis yang digunakan pada artikel ini sama dengan yang saya pilih yaitu metode deskriptif.
25. Analisis karya seni lukisan Kawan - Kawan Revolusi dengan teori heraclitus
Teori : heraclitus
Heraclitus adalah seorang filsuf Presokratik yang terkenal dengan konsepnya tentang perubahan, di mana ia menyatakan bahwa "tidak ada yang tetap kecuali perubahan sendiri". Dia memandang alam semesta sebagai suatu yang selalu berubah, dan unsur perubahan ini adalah hukum fundamental dalam eksistensi.
Analisis
Jika kita menerapkan teori Heraclitus terhadap lukisan "Kawan-Kawan Revolusi", kita dapat melihat interpretasi tentang perubahan, dinamika, dan evolusi dalam karya seni tersebut. Lukisan ini mungkin mencoba untuk merefleksikan ide-ide Heraclitus tentang aliran waktu, perubahan, dan transformasi, yang menjadi esensi dari proses revolusi itu sendiri.
Melalui penggambaran visual, lukisan tersebut mungkin mencoba mengekspresikan semangat perubahan, ketidakpastian, dan dinamika yang terkait dengan periode revolusi. Adegan yang menggambarkan berbagai ekspresi emosi, gerakan, atau perubahan sosial mungkin menunjukkan pemahaman seniman tentang ide Heraclitus tentang dunia yang selalu berubah.
Namun demikian, penting untuk diingat bahwa lukisan adalah bentuk seni subjektif, dan interpretasi terhadap karya seni dapat bervariasi sesuai dengan perspektif individu. Keterkaitan antara lukisan "Kawan-Kawan Revolusi" dengan teori Heraclitus mungkin bersifat interpretatif dan terbuka untuk penafsiran yang beragam.
Kesimpulan
teori Heraclitus tentang perubahan yang konstan, lukisan "Kawan-Kawan Revolusi" mungkin mencoba untuk merefleksikan semangat revolusi, dinamika perubahan, dan transformasi dalam konteks sosial atau politik yang terjadi pada saat itu. Interpretasi terkait perubahan dan dinamika ini merupakan pandangan subjektif seniman terhadap konsep perubahan yang diusung oleh teori Heraclitus
26. Analisis Karya seni Lukis The Starry Night dengan teori Theodor Lipps
Teori : Theodor Lipps
Theodor Lipps, seorang filsuf Jerman, terkenal karena karyanya dalam estetika dan psikologi. Salah satu konsep penting yang diperkenalkan oleh Lipps adalah teori tentang "empathy" atau "Einfühlung" dalam pengalaman estetika.
Lukisan "The Starry Night" karya Vincent van Gogh sering kali dilihat sebagai ekspresi emosional yang kuat dari keadaan mental pelukisnya. Menghubungkan teori Lipps tentang "empathy" dengan karya seni ini.
Analisis
Einfühlung (Empathy) dalam Karya Seni: Teori Lipps tentang "empathy" atau "Einfühlung" mengacu pada kemampuan manusia untuk merasakan atau menyerap emosi yang diungkapkan dalam karya seni atau objek lain. Lukisan "The Starry Night" dengan kuasannya yang kuat, warna yang berani, dan representasi langit bintang yang dramatis dapat memicu reaksi emosional dari penonton, mengundang perasaan tertentu dan mengakibatkan reaksi yang dapat dirasakan oleh individu yang melihatnya.
Pengalaman Subyektif: Teori Lipps juga menekankan pengalaman subyektif dalam karya seni. Lukisan "The Starry Night" cenderung membangkitkan perasaan subjektif yang kuat pada penonton. Kombinasi warna-warni yang berani dan pergerakan kuas yang dinamis mungkin memungkinkan penonton untuk merasakan dan mengalami emosi yang sama atau serupa yang dirasakan oleh pelukis saat menciptakan karya tersebut.
Dalam konteks teori Lipps tentang "empathy" atau "Einfühlung", lukisan "The Starry Night" dapat dianggap sebagai karya seni yang kuat dalam membangkitkan perasaan emosional dan memungkinkan penonton untuk merasakan pengalaman subjektif yang kuat. Karya seni ini mungkin memicu reaksi emosional dan pengalaman estetika yang mendalam bagi individu yang melihatnya, menciptakan hubungan emosional yang kuat antara karya seni dan penontonnya.
Kesimpulan
Lukisan "The Starry Night" karya Vincent van Gogh dapat dianalisis dalam konteks teori "empathy" atau "Einfühlung" yang diperkenalkan oleh Theodor Lipps. Penggunaan warna yang kuat dan kuas yang dinamis dalam lukisan ini dapat memicu reaksi emosional yang mendalam dan pengalaman subjektif bagi penontonnya, mencerminkan kekuatan ekspresif dan daya tarik emosional dari karya seni tersebut.
27. Analisis Karya Seni Lukis Ulysses dan Sirene dengan teori Susanne Katherina Langer (1895-1985)
Teori Susanne Katherina Langer ( 1895 - 1985 )
Susanne K. Langer adalah seorang filsuf Amerika yang terkenal karena karyanya dalam filsafat estetika, terutama bukunya yang berjudul "Philosophy in a New Key: A Study in the Symbolism of Reason, Rite, and Art" yang diterbitkan pada tahun 1942. Dalam buku tersebut, Langer membahas simbolisme, mitologi, dan bahasa simbolis yang ada dalam seni.
Kisah Ulysses dan Sirene dari mitologi Yunani mungkin bisa dihubungkan dengan pemikiran Langer tentang simbolisme dan mitos sebagai bahasa simbolis. Sirene adalah makhluk mitologis yang dikatakan memiliki suara yang memikat para pelaut, yang jika didengar akan membuat mereka terpikat dan terdampar di pantai. Kisah ini dapat dilihat sebagai contoh simbolisme dalam mitologi, di mana Sirene mewakili kekuatan yang memikat dan menggambarkan aspek-aspek dalam kehidupan manusia.
Dalam pandangan Langer, seni, mitos, dan simbolisme merupakan ekspresi dari pemahaman manusia tentang dunia di sekitarnya. Karya seni, termasuk lukisan, merupakan ekspresi simbolis dari perasaan, ide, atau konsep yang mendasar yang berbicara melalui bahasa simbolis.
Meskipun tidak ada informasi spesifik tentang lukisan yang disebutkan, jika kisah Ulysses dan Sirene diinterpretasikan dalam konteks simbolisme dan bahasa simbolis menurut teori Susanne K. Langer, lukisan mungkin akan menjadi interpretasi visual atau representasi simbolis dari kisah mitologi tersebut. Lukisan mungkin berusaha menyampaikan pesan atau ide yang mendasar dari kisah tersebut melalui elemen visual dan simbolisme yang terkandung di dalamnya.
Kesimpulannya, sementara tidak ada informasi spesifik tentang lukisan "Lukis Ulysses dan Sirene," kita dapat mengasumsikan bahwa jika lukisan tersebut ada, maka interpretasi terhadap kisah mitologi Yunani ini mungkin dapat dihubungkan dengan teori simbolisme dan bahasa simbolis yang diperkenalkan oleh Susanne K. Langer dalam karyanya.
28. Analisis Karya Seni lukis Penciptaan Adam dengan teori Jhon Dewey
Teori : Jhon Dewey
John Dewey, seorang filsuf dan pendidik Amerika yang terkenal, memiliki pandangan yang luas tentang estetika, pendidikan, dan pengalaman manusia. Salah satu teori pentingnya adalah konsep "pengalaman estetika" dan kontribusinya dalam bidang estetika pragmatis.
Lukisan "Penciptaan Adam" yang terkenal karya Michelangelo merupakan bagian dari langit-langit Kapel Sistine di Kota Vatikan. Lukisan ini menggambarkan momen dari Kitab Kejadian di mana Tuhan menciptakan Adam, manusia pertama, yang dianggap sebagai representasi ikonik dalam sejarah seni.
Analisis
Dewey, dalam pandangannya tentang estetika, menekankan pentingnya pengalaman estetika sebagai bagian dari pengalaman manusia yang lebih luas. Ia memandang seni sebagai proses pengalaman yang melibatkan persepsi, refleksi, dan emosi. Dalam konteks lukisan "Penciptaan Adam," beberapa konsep Dewey dapat diterapkan:
Pengalaman Estetika sebagai Pengalaman Penuh: Menurut Dewey, pengalaman estetika bukan hanya tentang kesenangan visual semata, tetapi tentang pengalaman penuh yang melibatkan pikiran, emosi, dan refleksi. Lukisan "Penciptaan Adam" bisa memicu reaksi emosional yang mendalam pada penonton karena menggambarkan momen ikonik dalam cerita agama, menimbulkan refleksi spiritual dan filosofis.
Hubungan antara Seni dan Pengalaman: Dewey menekankan pentingnya hubungan antara seni dan pengalaman manusia. Lukisan Michelangelo bisa menjadi medium yang memungkinkan penonton merenungkan eksistensi manusia, penciptaan, dan hubungan dengan yang ilahi, menciptakan pengalaman yang lebih dalam daripada sekadar visual.
Pendidikan Estetika: Dewey menekankan peran estetika dalam pendidikan. Lukisan "Penciptaan Adam" bisa menjadi sumber pendidikan estetika karena menginspirasi pemirsa untuk melihat, merenung, dan memahami aspek spiritual dan keagamaan yang terkandung di dalamnya.
Dalam konteks teori Dewey tentang pengalaman estetika dan seni sebagai bagian dari pengalaman manusia yang lebih luas, lukisan "Penciptaan Adam" memiliki potensi untuk menghadirkan pengalaman penuh bagi penonton. Karya seni ini mungkin mampu merangsang refleksi, emosi, dan pemahaman mendalam tentang aspek spiritual manusia.
Kesimpulan
melalui konsep-konsep Dewey tentang pengalaman estetika dan peran seni dalam pengalaman manusia, lukisan "Penciptaan Adam" karya Michelangelo bisa dianggap sebagai karya seni yang memperkaya pengalaman penontonnya, menciptakan kesempatan untuk refleksi mendalam dan pengalaman spiritual dalam pengalaman estetika mereka.
29. Analisis Karya Seni Lukis Pallas and the Centaur dengan teori Anaxagoras
Teori : Anaxagoras
Anaxagoras adalah seorang filsuf Presokratik yang terkenal dengan konsepnya tentang "Nous" atau "Intellect" yang dipahaminya sebagai kekuatan kreatif yang mengatur alam semesta. Dia mengemukakan bahwa segala sesuatu terbentuk dari partikel-partikel kecil yang disebut "nous" yang merupakan intelek murni, yang mengatur dan mengatur segalanya dalam alam semesta.
Analisis
Dalam konteks figur Pallas (Athena) dan Centaur dalam mitologi Yunani, kita dapat melihat kemungkinan analogi dengan konsep Anaxagoras tentang "Nous" atau "Intellect" dalam menciptakan keteraturan dan kebijaksanaan di alam semesta.
Pallas (Athena) sering dianggap sebagai dewi kebijaksanaan, perang, dan seni dalam mitologi Yunani. Dalam penggambarannya sebagai dewi yang bijaksana dan terkendali, ada keterkaitan dengan konsep kebijaksanaan atau intelek dalam pandangan Anaxagoras.
Sementara itu, Centaur, sebagai makhluk setengah manusia setengah kuda, mungkin mencerminkan elemen yang lebih primordial atau kasar dalam kaitannya dengan kekuatan alam atau aspek manusia yang lebih animalistik. Dalam kaitannya dengan teori Anaxagoras, Centaur mungkin mewakili sisi yang kurang teratur atau lebih "materi" dalam alam semesta, yang diatur oleh "Nous" atau kekuatan intelek.
Kesimpulan
karya seni spesifik yang saya bisa rujuk sebagai "Pallas and the Centaur," figur Pallas (Athena) dan Centaur dalam konteks mitologi Yunani bisa dihubungkan dengan konsep-konsep filosofis Anaxagoras tentang kebijaksanaan, kekuatan intelektual, dan keteraturan dalam alam semesta, serta peran intelek dalam mengatur aspek yang lebih kasar atau materi dalam kehidupan dan alam semesta.
30. Analisis Karya Seni Lukis Prometheus Bound dengan teori Anaximenes
Teori : Anaximenes
Lukisan "Prometheus Bound" menggambarkan mitos Yunani kuno tentang Prometheus yang terikat pada gunung sebagai hukuman karena mencuri api dari para dewa untuk memberikannya kepada manusia. Sementara itu, Anaximenes adalah seorang filsuf Presokratik yang terkenal karena teorinya tentang "Apeiron" (tak terbatas) dan elemen dasar dalam alam semesta.
Analisis
Elemen Dasar dalam Alam Semesta: Anaximenes percaya bahwa elemen dasar alam semesta adalah "Aer" atau udara. Baginya, semua materi yang ada merupakan variasi dari satu elemen dasar, yang dapat mengalami transformasi menjadi berbagai bentuk lain. Dalam konteks lukisan "Prometheus Bound," elemen udara mungkin bisa dihubungkan dengan kebebasan atau kekuatan yang mengalir secara bebas, mirip dengan gagasan tentang kebebasan yang dicari Prometheus melalui tindakannya memberikan api kepada manusia.
Keterikatan dan Pembebasan: Mitos Prometheus terikat pada gunung sebagai hukuman dapat dilihat sebagai metafora tentang keterbatasan dan pembatasan kebebasan. Dalam teori Anaximenes, udara yang merupakan elemen dasar dapat diinterpretasikan sebagai simbol kebebasan yang ingin dicapai oleh manusia. Tindakan Prometheus dalam memberikan api, pada dasarnya, adalah usahanya untuk memberikan kebebasan dan pengetahuan kepada manusia.
Hubungan lukisan "Prometheus Bound" dengan teori Anaximenes adalah bahwa keterikatan Prometheus pada gunung dapat diinterpretasikan sebagai metafora dari pembatasan atau keterbatasan yang menghalangi kebebasan yang diusahakannya. Dalam pandangan Anaximenes, kebebasan yang diinginkan manusia mungkin terhubung dengan gagasan tentang udara, yang dianggapnya sebagai elemen dasar alam semesta yang mewakili kebebasan dan pergerakan yang tidak terbatas.
Komentar
Posting Komentar